KITAB FIRQOTUN NAAJIYAH
Pembahasan Bab
التوحيد و أنواعه
TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA
التوحيد هو إفراد الله بالعبادة التي خلق الله العالم لأجلها
Tauhid adalah mengesakan Allah
dengan beribadah kepadaNya semata. Ibadah merupakan tujuan penciptaan alam
semesta ini.
قال الله تعالى : "و ما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون"
(1) (سورة الذاريات)
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, "Dan Aku (Allah) tidah menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat 56).
أي يوحدوني في العبادة و يفردوني في الدعاء
Maksudnya, agar manusia dan jin
mengesakan Allah dalam beribadah dan mengkhususkan kepadaNya dalam berdo'a.
أنواع التوحيد
الآتية مأخوذة من القرآن الكريم
Pembagian tauhid berdasarkan
Al-Quranul Karim ada tiga macam :
1. توحيد الرب
TAUHID RUBUBIYAH
هو الاعتراف بأن الله هو الرب و الخالق، و قد اعترف بهذا الكفار ، و
لم يدخلهم ذلك في الإسلام.
Yaitu pengakuan bahwa
sesungguhnya Allah adalah Tuhan dan Maha Pencipta. Orang-orang kafir pun
mengakui macam tauhid ini. Tetapi pengakuan tersebut tidak menjadikan mereka
tergolong sebagai orang Islam.
قال تعالى :
"و لئن سألتهم من خلقهم ليقولن الله " (سورة الزخرف) ، و قد أنكر
الشيوعيون وجود الرب فكانوا أشد كفرا من كفار الجاهلية.
Allah berfirman : "Dan
sungguh, jika Kamu bertanya hepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan mereka',
niscaya mereka menjawab,'Allah'." (Az-Zukhruf 87). Berbeda dengan
orang-orang komunis, mereka mengingkari keberadaan Tuhan. Dengan demikian,
mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.
2. توحيد الإله
TAUHID ULUHIYAH
هو توحيد الله بأنواع العبادات
المشروعة ، كالدعاء و الاستعانة و الطواف و الذبح و النذر و غيرها
Yaitu mengesakan Allah dengan
melakukan berbagai macam ibadah yang disyari'atkan. Seperti berdo'a, memohon
pertolongan kepada Allah, thawaf, menyembelih binatang kurban, bernadzar dan
berbagai ibadah lainnya.
و هذا النوع هو
الذي حجده الكفار ، و كانت فيه الخصومة بين الأمم و رسلهم منذ نوح عليه السلام إلى
محمد صلى الله عليه و سلم.
Macam tauhid inilah yang
diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia pula yang menjadi sebab perseteruan
dan pertentangan antara umat-umat terdahulu dengan para rasul mereka, sejak
Nabi Nuh alihissalam hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW.
و قد حث القرآن
الكريم في أكثر سوره عليه ، و على دعاء الله وحده ، ففي سورة الفاتحة نقرأ
"إياك نعبد و إياك نستعين "
Dalam banyak suratnya,
Al-Qur'anul Karim sering memberikan anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di
antaranya, agar setiap muslim berdo'a dan meminta hajat khusus kepada Allah
semata. Dalam surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman, "Hanya Kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah Kami memohon
pertolongan." (Al-Fatihah 5) .
و معناها نخصّك
بالعادة ، فندعوك وحدك ، و لا نستعين بغيرك ، و توحيد الإله يشمل إفراده في دعائه
، و الحكم بقرآنه ، و الاحتكام إلى شرعه ، و كله داخل في قوله تعالى : "إنني
أنا الله ، لا إله إلا أنا فاعبدوني"(سورة طه)
Maksudnya, khusus kepadaMu (ya
Allah) kami beribadah, hanya kepadaMu semata kami berdo'a dan kami sama sekali
tidak memohon pertolongan kepada selainMu. Tauhid uluhiyah ini mencakup masalah
berdo'a semata-mata hanya kepada Allah, mengambil hukum dari Al-Qur'an, dan
tunduk berhukum kepada syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam firman Allah :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka
sembahlah Aku." (Thaha 14).
3. توحيد الأسماء و الصفات
TAUHID ASMA' WA
SHIFAT
هو الإيمان بكل ما ورد في القرآن الكريم و الحديث الصحيح ، من صفات
الله التي وصف بها نفسه ، أو وصف بها رسوله صلى الله عليه و سلم.
Yaitu beriman terhadap segala apa
yang terkandung dalam AlQur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat
Allah yang berasal dari penyifatan Allah atas DzatNya atau penyifatan
Rasulullah.
على الحقيقة من
غير تأويل و لا تكييف و لا تفويض، كالاستواء و النزول ، و اليد و المجيء، و غيرها
من الصفات ، نفسرها بما ورد عن السلف، فالاستواء مثلا ورد تفسيره عن التابعين في
صحيح البخاري بأنه العلو و الارتفاع اللذان يليقان بجلاله قال الله تعالى :
"ليس كمثله شيء و هو السميع البصير" (سورة الشورى)
Beriman kepada sifat-sifat Allah tersebut
harus secara benar, tanpa ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif
(visualisasi, penggambaran), ta'thil (pembatalan, penafian) tamtsil
(penyerupaan), tafwidh (penyerahan, seperti yang banyak dipahami oleh manusia)
.
Misalnya tentang sifat al-istiwa ' (bersemayam
di atas), an-nuzul (turun), al-yad (tangan), al-maji' (kedatangan) dan
sifat-sifat lainnya, kita menerangkan
semua sifat-sifat itu sesuai dengan keterangan ulama salaf. Al-istiwa'
misalnya, menurut keterangan para tabi'in sebagaimana yang ada dalam Shahih
Bukhari berarti al-'uluw wal irtifa' (tinggi dan berada di atas) sesuai dengan
kebesaran dan keagungan Allah. Allah berfirman : "Tidak ada sesuatu pun
yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Asy-Syuura 11). Maksud beriman kepada
sifat-sifat Allah secara benar adalah dengan tanpa hal-hal berikut ini :
أ. التاويل : هو
صرف ظاهر الآيات و الأحاديث الصحيحة إلى معنى آخر باطل مثل استوى بمعنى استولى.
Taawiil : Memalingkan zhahir-nya (makna yang jelas tertangkap) ayat
dan haditshadits shahih pada makna lain yang batil dan salah. Seperti istawa
(bersema-yam di tempat yang tinggi) diartikan istaula (menguasai).
ب. التعطيل : هو
جحد صفات الله و نفيها عنه كعلوّ الله على السماء فقد زعمت الفرق الضالة أن الله
في كل مكان .
Ta'thil (pembatalan, penafian)
Mengingkari sifat-sifat Allah dan menafikannya. Seperti Allah berada di atas
langit, sebagian kelompok yang sesat mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat.
جـ. التكييف :
هو تكييف صفات الله ، و أن كيفيتها كذا فعلوّ الله على العرش لا يشبه مخلوقاته و
لا يعلم كيفيته أحد إلا الله .
Takyif (visualisasi,
penggambaran) Menvisualisasikan sifatsifat Allah. Misalnya dengan menggambarkan
bahwa bersemayamnya Allah di atas 'Arsy itu begini dan begini. Bersemayamnya
Allah di atas 'Arsy tidak serupa dengan bersemayamnya para makhluk, dan tak
seorang pun yang mengetahui gambarannya kecuali Allah semata.
د . التمثيل :
هو تمثيل صفات الله بصفات خلقه ، فلا يقال : ينزل الله إلى السماء كنزولنا ، و
حديث النزول رواه مسلم.
Tamtsil (penyerupaan)
Menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhlukNya. Karena itu kita
tidak boleh mengatakan, "Allah turun ke langit, sebagaimana turun kami
ini". Hadits tentang nuzul-nya Allah (turunnya Allah) ada dalam riwayat
Imam Muslim.
و من الكذب نسبة هذا التشبيه إلى شيخ الاسلام ابن تيمية ، إذ لم نجده
في كتبه بل وجدنا نفيه للتمثيل و التشبيه.
Sebagian orang menisbatkan
tasybih (penyerupaan) nuzul ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah
bohong besar. Kami tidak menemukan keterangan tersebut dalam kitab-kitab
beliau, justru sebaliknya, yang kami temukan adalah pendapat beliau yang mena-fikan
tamtsil dan tasybih.
هـ . التفويض :
عند السلف في الكيف لا في المعنى ، فالاستواء مثلا معناه العلو الذي لا يعلم
كيفيته إلا الله.
Tafwidh (penyerahan) Menurut
ulama salaf, tafwidh hanya pada al-kaif (hal, keadaan) tidak pada maknanya.
Al-Istiwa' misalnya berarti al-'uluw (ketinggian), yang tak seorang pun
mengetahui bagai-mana dan seberapa ketinggian tersebut kecuali hanya Allah.
====================================
![]() |
Kitab firqotun Najiyah |
Disalin dari :
KITAB MINHAAJUL FIRQOTUN NAAJIYAH KARYA SYEKH MUHAMMAD JAMIIL ZAINU
Post terjemah oleh : Abu Haniin Asysyawqi